Belati Itu

Mungkin aku tak bisa ungkapkan rasa apa yang kurasa ketika kutikam kau kemarin.
Tapi jauh tersimpan perih ketika kupaksa tanganku mengelap darah yang menempel di belati itu.

Jauh aku merasakan keperihan ketika harus kutahan gejolak emosi.
Karena aku takkan membiarkan rasa kasihan menyelimuti perasaanku.
Aku bukan orang dekatmu, tapi kau memaksaku melakukan hal yang tak ingin aku lakukan. Ah......... selamat jalan sobat.
Belatiku akan selalu mengingatkanku padamu, dan kilauan matanya selalu membayangkan darah yang mengalir dari pangkal sampai ke ujung dan menetes tepat di penghujung akhir nafasmu.

-Yogyakarta, 03 Mei 2010

1 komentar:

minwae mengatakan...

dingin, kayaknya pengalaman.. ya mas..

Posting Komentar

 

Copyright © sastra bocah lali omah