Rasa Itu

Dan kuungkapkan rasa itu dalam bait-bait keraguaan..
walau akhirnya kau tahu..
kepolosanku, ketiadaanku,  kefanaanku, kerapuhanku,
juga rasa takut yang menaungiku..
dengan segala kelemahan dan ketidakberdayaanku…
bahkan rasa cemburu pada gelap yang merajut setia denganmu…
tapi, kelegaan menyelusup dalam dadaku…
ah, kelegaan itu membuatku larut dalam bingkai penasaran yang kian menggebu..

Biarlah, kumaki sendiri ketololanku…
bukan obsesi atau mimpi…
karena aku masih terjaga…
bukan komedi atau caci..
karena aku masih manusia..
hingga serak merana pilu
biarlah embun melegakan dahagaku..

Entah , mungkinkah rasa ini begitu sederhana..
tapi, mengapa wajah dan namamu kerap bahkan selalu ada
atau memang ia melebihi kata-kata..
bantulah aku untuk memahaminya…,
aku tak kuasa mengungkapnya meski sekedar kata-kata..


Sudikah kiranya, walau rasa tak berbalas…
izinkanku melukis nama juga wajahmu dalam relungku…
sadar, dan aku tahu ini begitu terburu..
maaf, jika aku terlalu mengusikmu..
entahlah.. aku tak tahu rahasianya..
hanya terimakasih sudah menginspirasiku…
aku tak tahu jika hanya sebatas itu…
tapi rapalanku semakin memburu tentangmu…
ah, bahkan aku tak tahu di mana batasannya…tepiannya…
mengalir begitu saja… aku tak begitu cemburu pada waktu..

Ah, walau tak bertepi aku tahu tak harus memiliki…
meski belum kufahami..
ia melebihi dari artinya sendiri..
begitu anggun dari kata anggun itu sendiri…
terlalu angkuh untuk kuungkap di hadapmu…
biarlahku kucari tahu… rasa itu…

28-01-2012
Baca Selengkapnya...

Aku Terpesona

...untuk seorang penari...
terimakasih sudah menghiburku...maaf aku tak kenal namamu..



Kuakui aku terpesona..
saat tatapan kita bertemu,
ya, aku ingat waktu itu…
Ah, ke sekian kalinya kudatangi dirimu,
lagi dan lagi kerlingan matamu terus merayu-rayu..
Dalam remangnya yang menikam aliran darahku,
sesekali sudut mataku mencuri-curi waktu..

Di tengah hingarnya alunan nada yang mengusik,
aku berlari dalam langkah yang tak tentu..
Ingin kunikmati gemulai anggunmu…,
tapi aku tak mampu meski sekedar berucap barang sekata di hadapmu…

Aku tak berdaya,
saat mereka bergelayut mesra di pinggangmu..
dan entah sengaja atau tidak kau pun menatapku…

Masih di remang yang itu…,
sesekali kau menghampiriku,
kita pun bersulang dan kau aliri lagi darahku dengan aroma tubuhmu…,
aku semakin tak berdaya oleh pesonamu...,
mungkinkah ini hanya serasa, atau..
ah,  bahkan dalam diam pun kau sudah membuatku hanyut dalam kepayang yang melenakan,
tanpa harus kureguk.. arak itu sudah mengalir dalam birahiku…

Inginku bercengkrama dan membelaimu…,
tapi apalah daya aku hanyalah pecundang…
dan kau tak perlu tahu siapa aku…
entah apa entah mengapa, aku tak bisa membohongi…
mungkinkah ini semata-mata birahi??
Ya, yang kurasa hanya birahi...

Pangkalpinang, 2012
Baca Selengkapnya...

Kaulah Malam Itu..

Tanpa kesengajaan yang terasa dipaksakan...,
entah Tuhan siapa yang tiba-tiba mengusik  heningku..
yang kurasa mengalir begitu saja...
menari dengan indahnya jemari ini..
di setiap detik yang terketik...untuk syairku malam itu...
nama juga wajahmu kerap bahkan selalu hadir di pelupukku...

Aku tak tahu pesona apa yang ada di dirimu...
hingga ragaku pun tak juga terlalap seiring  pagi yang  tersengal menghembuskan embunnya...
di tengah sunyi yang kerap berbisik sepi...
yang kurasa aku hanyalahi mentari senja  yag kehilangan mega jingganya...
aku tak berdaya...

Tapi, seiring keangkuhan yang seperti meraba dalam gulita...
tak juga aku tahu.. ada apa ini..??
Mengapa dengan diriku??
Atau memang benar kaulah yang t’lah merenggut  lelapku..
yang selama ini selalu kudekap dalam dalam syair-syair konyolku..

Ah, aku yakin kaulah ‘malam’ itu...
kaulah nama yang mecoba bersemayam di relungku..
maaf, jika teriakku hanya menakutimu...
karena yang kurasa aku hanyalah pecundang di tatapmu...
tak pantaslah jika aku mengharap pesonamu...
ataukah sang malam kembali membisu...
dan larut  kian menjemput....
sunyi...

27-01-2012
Baca Selengkapnya...

Sepenggal Cinta untuk Malam

...untuk malam yang dengan teganya merenggut matahariku

Bumi pun bergelayutan dalam sunyi..
tapi masih kunikmati heningnya dalam jaga yang menyepi..

Hingga dengan penuh sadar aku mengungkap kata cinta...,
tak muluk dan tak ‘wah’ apa yang sedang kurasa,
ia tiba-tiba menjelma dalam keterjagaanku yang kujaga dari semilir angin yang melanakan lelapku,
tak semulia cintanya Muhammad pada umatnya,
tak sebesar cintanya Rabiah pada Sang Khalik,
tak seteguh cintanya Aidit pada ideologinya,
atau tak serakus cintanya  Soeharto pada Hartanya..
bahkan tak seindah lagu Acha dengan makna cintanya..,
apalagi bersendawa ala  Erich Fromm..:
‘tanpa cinta rasa kemanusiaan hari ini bagai tiada’

Bukan, bukan itu... 
sederhana saja..
ini cinta antara diriku dan dirimu...
ini cinta antara aku dan kau..

Tapi bukan Cinta sekedar nasalasi dari cita
Ia bukan isyarat dari gestur atau suara,
hingga harus kucari fonem dari ‘cin’dan ‘ta’
Sederhana saja,


kutanya benarkah aku jatuh cinta, atau..
ah, bahkan dalam kesendirian pun terkadang aku meragukannya...
entah, jika benar aku masih bertanya..
mungkinkah benar kaulah sang malam itu...
yang tiba-tiba menjelma mengganggu semayamku,
merapatkan kembali repihan kalbuku

Sadarku  saat kubuka lembaran memori yang t’lah usang,
saat aku merasakan hal serupa...
~~ kusematkan alunan kata dalam diamnya yang  kusebut puisi...
hingga lahir berpinak puisi itu,
dan asa yang menggebu memunculkan cemburu juga rindu...
tapi aku tak mampu mengungkapkan rasaku... 
yang akhirnya hanya menyisakan cerita saja...
jadi lelucon pengganggu hari-hariku.

Tapi denganmu...
mungkinkah akan berulang seperti sediakala?
Mungkinkah hidupku yang terasa hampa.
dapat mengembalikan segala yang pernah terlupa?

Dengan lancangnya kuungkap jua..
aku benar-benar tak sanggup merayumu..
tak kuasa menahan gemuruh luruh di kalbu..
menggelora dalam getar di dada
aku hanya bisa berbisik di riuhnya ombak...
sekian lama, atau harus berapa lama lagi aku tak tahu...
bahkan nyali yang coba kuikat agar tak terlepas dari genggamanku...
tanpa kau melihatnya, terberai... begitu saja...

entah, bila kau memang malamku,
aku tak mampu membayangkan hadirnya sang pagi
tak sadar bila dini hari kian menepi...
Tapi masih saja rapalanku tentang cinta serupa lantunan do’a..
karenanya jualah cinta tak mengenal siang dan malam, tidur atau jaga..

Kau adalah temanku,
dan aku tahu kau juga teman kawanku...
dengan sadar kau juga tahu tingkah polahku.. 
ceritaku..
keterbelakanganku akan kata-kata rindu

Tapi, mungkinkah kau tahu,
dalam sandiwaraku aku memendam pilu...
ungkapan rindu yang terasa tabu...
aku tak mampu mengungkap cinta di hadapanmu,
dalam canda pun aku tak mampu.
biarlah cinta saja yang memaknai cinta...
aku berharap ragamu mampu menuntun jiwamu untuk memahamiku...
akan kefanaanku..
biarlah kusempurnakan pejamku.



wins
-Pangkalpinang, 27-01-2012
Baca Selengkapnya...
 

Copyright © sastra bocah lali omah