Dengan
mata yang sombong kuperhatikan setiap denyut irama di sisi kiri tembok
tempatku duduk. Seperti melihat cerita kehidupan sesosok manusia yang
terasing, ditoreh lewat rangkaian cerita juga lukisan yang semakin
gelap. kata-kata terangkai dalam goresan, juga irama yang tersusun
dengan berantakan dan saling bertautan membentuk lukisan wajah di atas
alas yang pasrah. Sama saja, masih seperti tahun-tahun yang lalu, sepi
memaksaku berimajinasi, dan semakin kuyakini.. lukisanku tak serapi aku
memaki.
Di
tengah keheningan yang menikam, saat kamar-kamar itu semakin sunyi
mencekam akibat ditinggal pergi oleh penghuninya, aku dibangunkan oleh rasa
terkejut. Di celah antara tembok dan lantai kamarku, satu tangan manusia
terjulur menembus kasur dengan telapak tangan menengadah ke arah
mukaku. Sementara jemarinya menjepit rokok kretek yang hampir setengah
batang terbakar. Di tengah rasa terkejut kudengar suara berbisik dari
balik tembok : "join..."
Ya.. Tuhan.., haruskah puasaku batal hanya karena rokok setengah batang? Tak adakah yang lebih menarik?
Yk. 23 Juli 2014
0 komentar:
Posting Komentar