Sepenggal Cinta untuk Malam

...untuk malam yang dengan teganya merenggut matahariku

Bumi pun bergelayutan dalam sunyi..
tapi masih kunikmati heningnya dalam jaga yang menyepi..

Hingga dengan penuh sadar aku mengungkap kata cinta...,
tak muluk dan tak ‘wah’ apa yang sedang kurasa,
ia tiba-tiba menjelma dalam keterjagaanku yang kujaga dari semilir angin yang melanakan lelapku,
tak semulia cintanya Muhammad pada umatnya,
tak sebesar cintanya Rabiah pada Sang Khalik,
tak seteguh cintanya Aidit pada ideologinya,
atau tak serakus cintanya  Soeharto pada Hartanya..
bahkan tak seindah lagu Acha dengan makna cintanya..,
apalagi bersendawa ala  Erich Fromm..:
‘tanpa cinta rasa kemanusiaan hari ini bagai tiada’

Bukan, bukan itu... 
sederhana saja..
ini cinta antara diriku dan dirimu...
ini cinta antara aku dan kau..

Tapi bukan Cinta sekedar nasalasi dari cita
Ia bukan isyarat dari gestur atau suara,
hingga harus kucari fonem dari ‘cin’dan ‘ta’
Sederhana saja,


kutanya benarkah aku jatuh cinta, atau..
ah, bahkan dalam kesendirian pun terkadang aku meragukannya...
entah, jika benar aku masih bertanya..
mungkinkah benar kaulah sang malam itu...
yang tiba-tiba menjelma mengganggu semayamku,
merapatkan kembali repihan kalbuku

Sadarku  saat kubuka lembaran memori yang t’lah usang,
saat aku merasakan hal serupa...
~~ kusematkan alunan kata dalam diamnya yang  kusebut puisi...
hingga lahir berpinak puisi itu,
dan asa yang menggebu memunculkan cemburu juga rindu...
tapi aku tak mampu mengungkapkan rasaku... 
yang akhirnya hanya menyisakan cerita saja...
jadi lelucon pengganggu hari-hariku.

Tapi denganmu...
mungkinkah akan berulang seperti sediakala?
Mungkinkah hidupku yang terasa hampa.
dapat mengembalikan segala yang pernah terlupa?

Dengan lancangnya kuungkap jua..
aku benar-benar tak sanggup merayumu..
tak kuasa menahan gemuruh luruh di kalbu..
menggelora dalam getar di dada
aku hanya bisa berbisik di riuhnya ombak...
sekian lama, atau harus berapa lama lagi aku tak tahu...
bahkan nyali yang coba kuikat agar tak terlepas dari genggamanku...
tanpa kau melihatnya, terberai... begitu saja...

entah, bila kau memang malamku,
aku tak mampu membayangkan hadirnya sang pagi
tak sadar bila dini hari kian menepi...
Tapi masih saja rapalanku tentang cinta serupa lantunan do’a..
karenanya jualah cinta tak mengenal siang dan malam, tidur atau jaga..

Kau adalah temanku,
dan aku tahu kau juga teman kawanku...
dengan sadar kau juga tahu tingkah polahku.. 
ceritaku..
keterbelakanganku akan kata-kata rindu

Tapi, mungkinkah kau tahu,
dalam sandiwaraku aku memendam pilu...
ungkapan rindu yang terasa tabu...
aku tak mampu mengungkap cinta di hadapanmu,
dalam canda pun aku tak mampu.
biarlah cinta saja yang memaknai cinta...
aku berharap ragamu mampu menuntun jiwamu untuk memahamiku...
akan kefanaanku..
biarlah kusempurnakan pejamku.



wins
-Pangkalpinang, 27-01-2012

2 komentar:

Unknown mengatakan...

cerita dalam puisi yang indah...

wins mengatakan...

makasih kunjungan & komentarnya masbro,,
hanya mencoba memaknai cinta secra sederhana,,,, :)

Posting Komentar

 

Copyright © sastra bocah lali omah