Aku Harus Pergi




Sejak aku kembali ke sini..
Hanya rasa sakit yang menyambangi..
Ya, entahlah.. Hingga kini rasa sakit itu tak juga berkurang..

Ya Rabb.. Kenapa anugerah cinta yang kau berikan.. Hanya memberi rasa sakit.. Yang tak kunjung hilang..

Ah, luka yang kudapati.. Hanya semakin membuat hati ini kian merana...
Kenapa kau tak bisa bicara.. Ya, jujur apa adanya.. Bahkan setelah tak lagi bersama pun kau masih mengingkari..
Hmm.. Ya, basa basi..

Waktu yang kulalui terasa begitu berat...
Bahkan kau pun seperti tak sudi lagi menemui.. Aku tau, kau ada waktu untuk bertemu.. Tapi.. Ah, mungkin rindumu sudah benar-benar basi..
Sungguh, Sakit.. Yang Bertubi-tubi..

Mungkin yang terakhir kali..
Aku ingin bertemu denganmu.. Menatap wajahmu...
Mungkin akan menjadi penawar rindu dan dan luka di hatiku..
Tapi, kau mungkin berat hati..
Kau menghindari..

Ah, sudahlah..
Kita mungkin tak perlu bertemu lagi.. Biarkan kucari sendiri penawar rasa sakitku ini..
Biarkan aku pergi.. Agar tak membebani..
Sudah seharusnya aku pergi..
Mungkin laut akan benar-benar bisa setidaknya mengurangi rasa sakitku..
..
Ah, aku tak begitu berharap kau kembali padaku.. Toh kau sudah ada pengganti..
Dan waktu sudah menjawab segala dugaku..
Ketidakjujuranmulah yang benar-benar membuatku terluka..

Aku hanya berharap buatmu..
Dia benar-benar yang terakhir kali.. Setialah dengan pilihanmu.. Tak perlu kau berlari lagi..  jujurlah pada nurani sendiri... bersiaplah dengan segala apa yang mungkin terjadi.. Jangan menghindar lagi..

Ya, kau harus bahagia dan setia dengannya..harus..

Dan sudah seharusnya aku tak meratapi diri..
Karenanya...
Aku harus pergi..
Aku harus pergi..
Aku harus pergi..

Aku harus pergi sebelum kau benar-benar permisi..

Yogyakarta, 19 Agustus 2017

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © sastra bocah lali omah