Perbatasan

Di sana aku menjumpamu...
Di sana juga aku pernah melepasmu..,
Saat jiwa-jiwa yang bisu berbisik di telinga kiriku,
tak urung aku pun meninggalkanmu

Di perbatasan antara jaga dan mimpi...
Suara mendayumu mengajakku berlari-lari dalam bayangan masa lalu..
Masa aku masih memujimu..., saat murkamu serasa lecutan cambuk di otakku..
Hingga ke masa aku memakimu..., saat candamu masih tak menyadarkan kefanaanku..
Ya, antara puji dan maki..

Di waktu yang masih jauh dari petang ini, aku ingin selalu bersamamu..
Ingin kucumbu setiap jengkal keanggunanmu..,
Ingin kuraih dan kugenggam erat cintamu....,
Ingin kureguk setiap tetes embunmu..
Ingin kurasa nikmatnya belaianmu..
Ingin ku...

Di perbatasan sengal nafasku, antara hidup dan matiku..
aku ingin tetap dalam dekapanmu...
Rengkuh jiwaku selalu...
Hingga belaian sang bayu melenakan lelapku....

Rabbku...
Jangan batasi aku untuk mejamah kemesraanMu..

... saat fajar masih bertahan diri, di tengah kunanti mentari..
Yogyakarta, 30 Mei 2011

Baca Selengkapnya...

Benarkah Kau Kawanku

Kawan.., kaulah nikotin yang merampas oksigenku dari kelebatan waktu...
hingga nafasku timbul tenggelam dalam lautan masa ke segala penjuru..
menyisakan racun yang bersekutu di dadaku..

Kawan.., kaulah arak yang merenggut tubuhku dari malam ke lain malam hingga berlalu... hingga dalam lenanya yang memabukkan...
merapuhkan tubuhku di segala dunia yang membisu...

Kawan.., kaulah ruang tempatku bercengkrama memuntahkan luapanku....,
hingga cacian murka dari sendawa kita yang menyempitkan gerakku..
membatasi jarakku..
memaki keyakinanku...

Dengan bangganya kusebut.. kau penjernih fikiranku...
Dengan angkuhnya kuteriakkan.. kau penawar dahagaku...
Dengan syahdunya kubisikkan.. kau pelampiasan birahiku...

Tapi, aku tak sanggup telanjang di hadapanmu...

Yogyakarta, 27 Mei 2011
Baca Selengkapnya...

Aku dan Kalian

Semayamku akan ingatan tentang kalian..
Nama yang kudekap dan kusebut satu demi satu..
Hingga kita pun tenggelam dalam lautan waktu..
Tanpa wujud kilasan cahaya hingga melarutkan raga..
Hingga tanpa salahnya kutemukan kalian semuanya,
mungkin juga kalian yang menemukanku...,
entah berapa banyaknya kita tersempal..bergulat..
perlahan hancur melebur menjadi tunggal..hingga hampa...,
bersama kita lenyap dan sunyi..
lara, jeritan hingga meregang kita dalam bingkai yang mungkin itulah ‘kehidupan’.. aku tak tahu...
Hingga tersesat dalam belantara keangkuhan akan nama juga rupa...
Akankah kau mengenal diriku..
Juga aku mengenalkah dengan kalian..
Hingga celotehan murka dari jiwa kita yang murka:
Ya... sabda dan fatwa telah kita ucapkan...
Wadah, kaidah, bahkan aqidah.. telah dimainkan..
Hanya ingin tahu tiada kasih selain cinta...
Dan tiada jalinan selain persahabatan..
Walau ragam-meragam 'tlah tercipta dan dicipta..
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda...
Kelakkah ‘kan bertemu juga...?

Kawan, raga kita 'tlah terpisah...
Memadukah dalam satu..?
Meniadakan, jika hanya jiwa...

Mungkin inilah yang walau ‘tuk dikenang..dan sengaja kucuri..
serasa telah kutitipkan dan tersisip di sela-sela mentari dan bulan..,
yang kelak ‘kan berbisik saat kujumpai kalian dan kalian menjumpaiku..
Mungkinkah, persahabatan adalah ‘Siggasana.. Bertahta...Cinta...’?
hingga jiwa kita terpecah oleh senadung sederhana...
FANA...

Thanks kawan...
Yogyakarta, 23 April 2011..

*dibaca saat deklarasi GPP (Gerakan Pemuda Progresif)
Baca Selengkapnya...

Catatan Malam di Pegunungan

Kususuri jalan setapak itu..
Hingga tubuh berpeluh, di belukar beluntas melangkah terseok berliku..
Terjal mendaki.. hingga sang malam sampai di penjuru...
Desiran angin sesekali menerpa tubuh ringkihku...
Hingga kepuasan tiada bertara hadir menyemai hadirkan diriku

Ah.. , keasyikkanku dalam cengkrama dengan alam..
Bergelora, kupertaruhkan jiwaku akan kegersangan dengan sang pencinta..
Bertahan berdiri memandang gemintang yang tampak terserak...
Hingga kuedarkan pandangku ke segala penjuru


Gairahku bergelora... tampak menghadirkan sang pencinta....
Ingin kesematkan cintaku pada sang pencinta, dan aku tahu sang pencinta tetaplah dia...
hingga teriak memekak.. ku ingin bergumul mesra dengannya...
Tapi tetap aku tak juga bercinta..

Dan, aku masih bertahan berdiri di atas bukit..
demi merasakan ketakjuban belaian mesra sang angin.., keindahan alam

Kulahap mesra sang alam yang hadir dengan segenap inderaku...
Keindahan alam begitu membuai.. hingga tak terpejam mataku...
Tak tergambarkan indahnya oleh senandungku...
Permadani, hingga gemintang pun serasa tersenyum akan kehadiranku..
Jelas kulihat langkah sang angin membias dengan cahaya rembulan... hingga bergelayut mesra melintasiku... semilirnya pun tak ragu-ragu membelai.. tubuhku

Aku terus berteriak dan berteriak...ingin suaraku itu bersekutu dengan gemuruh sang bayu yang kerap menerpaku...
Sontak, aku tercekat dalam diam...
Entah apa yang diam-diam mengubur gemulainya alunanku...
Hingga mulutku terbungkam dan suaraku lenyap tersekat...
Membisu lagi dalam senandungku...
Padahal masih banyak yang ingin kusampaikan...
Masih banyak yang ingin kuutarakan..
Masih kudekap rindu melagukan nyanyian...
Tapi, mungkinkah rembulan itu yang merenggut suaraku...?

Wahai sang pencinta,
Masihkah aku mampu menjamah-Mu...?

Bukit Kelir, 22 Mei 2011
Baca Selengkapnya...

KISAHKU

Kisahku, mengendap dalam ratap lunglai langkahku di hadapmu..
kujamah dan kurasa dalam nikmat menggebu..
juga rasa mengharu iba yang menggejolak tak tentu
Setiap kisah yang ku eja lewat penamu..
menghadirkan diriku dalam kosong hampa tanpa ruang..
hingga syair-syair berkeliaran timbul tenggelam melalui celah gemulai langkah jemariku
Semarak cerita yang tak berturut... hinggap di tonggak keangkuhanku meninggalkan jejak-jejak yang sejenak terhapus oleh rerintik hujan
Merona, tak sadar aku telah kasmaran dalam cintamu yang menembus mendung

Di kisahku, aku menjamah ketakjuban akan pesonamu dalam bingkai senandung sederhana yang membalut dengan aroma bunga yang masih basah oleh embun...
hingga kulangkahkan lagi demi memberikan jejak yang semoga membekas dalam jelajah goresanku...
walau tak semerdu akhir sebuah cerita, ingin kunikmati sajak-sajak kehidupan .., nyanyian-nyayian yang terserak di kolong derapmu.. yang mengalun tak ragu..
hingga suara-suara itu menyusut dalam gelap..
dan heningnya perlahan mengendap dalam rengkuhmu, menyisakan dirimu dan diriku..

Entah, mungkin kehadiranmu dalam kisahku tak sekedar kisah..
sesaat saja kau pasti menjemputku hingga ronaku itu meredup..
lelap

Alkisah,kutulis di samping sajadah yang terbaring lunglai..
Yogyakarta, 7 Mei 2011
Baca Selengkapnya...
 

Copyright © sastra bocah lali omah