Lalat Lagi.. Lalat Lagi

Lalat-lalat itu berkeliaran kian kemari....
Menari nari di atas sajadah yang terhampar tak rapi...
Seraya menngabarkan lewat nyanyian yang tak musti...
berpadu suara serupa tak seirama pasti...
Kawan-kawan, ayo hepi-hepi...

Dikepung kita dikepung lagi...
Lalat lalat itu menepi di kepala, tangan dan kaki....
Menuangkan kegembiraan dan keasikan sendiri....
Onggokan kain pun dihampiri...
Tak terlewati gelas meng-asbak dan tumpahan kopi....

Dalam renung dini hari yang menyepi....
Aku tak sendiri berteman lalat-lalat yang siap mencumbui...
Tak sempat kunikmati segelas kopi...
Temanku sang lalat sudah lebih dulu merenangi dangkalan kopi...
Dan yang lain masih menikmati tumpahan kopi yang mengering di ujung kaki yang berdaki.....

Ah, apa yang tak kalian hampiri....
Ayo...sini...
Bersamaku bernyanyi dan menari....

Selayaknya bersin yang tersengal di tenggorokan...
Dan kentut yang tersangkut di perut..
Keasyikan kita takkan berturut...
Meski kalian masih berkerubut ribut...
Ah..., lalat lagi, lalat lagi...

Cabeyan, 28 Agustus 2010
Baca Selengkapnya...

HAN..

Han, indahnya permadaniMu...
Hamparan hijau di hadapanku tak jemu memanja mataku...
Di balik letih langkahku, ketemukan kepuasan dalam sejuta kenikmatan dengan karyaMu...
Desiran anginpun seakan mengabarkan rindu

Han, di sini kucoba merengkuh rinduku padaMu...tapi aku malu...
Ha...ha..ha... ya, aku malu...
Makilah aku semaumu.... bila ku tak lagi punya rasa malu
Itu pun bila bisa memuaskan dahagaMu...
Aku tahu dalam diamMu kaupun merinduku...

Ah, tak terasa mega senja pun berlalu...
Hamparan hijauMu menggelap di pandanganku...
Rintih di diamku memanggilMu...
Aku rindu ingin bercinta ria denganMu...
Tak ingin rinduku pun berlalu...

Puncak Suroloyo, 27 Agustus 2010
Baca Selengkapnya...

Sang Lalat

Semilir angin menyapu kudukku
Sepoi dingin pun menderu di kamar itu
Jerit mengelisah di balik selimut malamku
Menyeruak rasaku dan berlalu lelapku,
Tak nyenyak malamku, menggelisah resah dingin meragu
Hingga melipat ragaku di harap dengkurku
Tapi tamu-tamu itu menyapaku......

Lalat-lalat itu beterbangan di tatapku
Masuk mereka lewat fentilasi dan pintu
Menyeruak kegembiran mereka akan kehadiranku
Tampak asik menari di hadapanku serasa sungging mereka ingin mencumbuku
Denging berteriak di telingaku “hore... ada mangsa baru.....”
Kibas tanganku adalah jawabanku
Minggir! aku sedang tak ingin bercumbu...

Cabeyan-Magelang, 19 Agustus 2010

Baca Selengkapnya...

Senandung Dengkur

Di tengah lelapnya malam...
Seirama lolongan anjing yang meredup redam...
Diantara rintihan keangkuhan yang menikam...
Menyayat senandungmu dalam dengkur yang kian mencekam..

Di alasmu yang bau dan berdebu...
Kau masih bisa bersenandung dengan iramamu...
Sementara nyanyianmu serasa rintihan dalam tawa kelakar yang menderu..
Bisingnya yang berlalu kian mengganggu lagumu...

Nyamuk-nyamuk sial kini mengakrab denganmu...
Nyanyian mereka yang bermain di telingamu seibarat nada penghiburmu...
Tubuhmu seakan santapan lezat mereka yang semakin tumbuh subur di genangan comberan dan gunungan sampah yang membau...

Senada tangisan yang mengalun di antara angin yang perlahan menyusut.....

Segala irama bagai meredup dan mengendap dalam gelap....
kau masih bersenandung...
Alam raya terkesima dan seketika bungkam...

Kudengar senandungmu kawan...


Dini hari di sudut kota
Yogyakarta, 8 Mei 2010
Baca Selengkapnya...

ngeheng

kusaksikan di kamar kos ku. ..... seorang kawan yang bermimpi jadi penyair. Di hadapan komputer yang sudah sangat butut diiringi suara fals dari sang Iwan ia mengetik... tampaknya menulis puisi.....
kawan yang satu tampak asik es-em-es-an........sembari asik menghisap Bintang Buana. Selesai sms ia tampak bengong. Diseruputnya kopi di hadapannya. Kembali ia bengomg. Entah apa yang di fikirkannya.
Dua kawan yang lain tampak asik tidur . Capek tampaknya.. habis mbenerin komputer semalem.
Aku sendiri bengong.. mau ngapain. Ah.... mending nulis fikirku. Kuambil buku tulis. Yah kok abis.......... mana halaman yang kosong.... kuambil makalah yang gak jadi ku kumpulkan kemarin. Kutulis di belakangnya. Eh. Yang jadi ....ini.... ya ini........
Suara Iwan masih mengalun dari komputer....tiba-tiba suaranya suaranya terhenti...anjrit ‘ngeheng’........... belum ‘disep’ lagi....... teriak sang penyair....

Yk. Sabtu 15 Mei 2010 12:30
Baca Selengkapnya...

Senandung Sederhana

temaram lampu jalanan beradu dengan cahaya rembulan. Menyinar mereka ke segala penjuru. Di perempatan jalan bocah tak beralas kaki itu bersenandung. Entah rintihan entah jeritan serak dari kerongkongan. Mengharu iba tatapan matanya.
kendaraan berhenti ia pun bernyanyi beradu dengan suara kendaraan.....
rautnya tak bersenyum.....menengadah tangannya berharap ia kepingan recehan dari pengendara. ......seorang pengendara memberikan selembar uang ribuan.... ia tersenyum..... seribukah harga senyuman itu....... esok tersenyumkah.........
duduk bocah itu di bawah lampu penerang jalan di samping pos polisi........
ah... Jalanan mulai sepi.. sudah larut malam..

Yk. 8 Mei 2010
Baca Selengkapnya...

Sampai Kapankah

Keluhku di sunyi pagi seakan tak memberi kesejukan.......
Jeritku di terik siang membuat kerontang mendahaga menjerat dalam kerongkongan..........
Rintihku di kegelapan malam...tiada kehangatan yang bersarang di tubuhku........
Kemarin kita mengeluh..........apa yang dikeluhkan.........
Sekarang kita menjerit........... mengapa kita menjerit.........
Esok kita merintih......ratapkah........sampai kapankah.....

Yk. 03 Mei 2010
Baca Selengkapnya...
 

Copyright © sastra bocah lali omah