Senandung Dengkur

Di tengah lelapnya malam...
Seirama lolongan anjing yang meredup redam...
Di antara rintihan keangkuhan yang menikam...
Menyayat senandungmu dalam dengkur yang kian mencekam..

Di alasmu yang bau dan berdebu...
Kau masih bisa bersenandung dengan iramamu...
Sementara nyanyianmu serasa rintihan dalam tawa kelakar yang menderu..
Bisingnya yang berlalu kian mengganggu lagumu...

Nyamuk-nyamuk sial kini mengakrab denganmu...
Nyanyian mereka yang bermain di telingamu seibarat nada penghiburmu...
Tubuhmu seakan santapan lezat mereka yang semakin tumbuh subur di genangan comberan dan gunungan sampah yang membau...

Senada tangisan yang mengalun di antara angin yang perlahan menyusut.....

Segala irama bagai meredup dan mengendap dalam gelap....
kau masih bersenandung...
Alam raya terkesima dan seketika bungkam...

Kudengar senandungmu kawan...


Dini hari di sudut kota
Yogyakarta, 8 Mei 2010
Baca Selengkapnya...

Wiwin Solihin Wiwin Sholihin Wiwin Solikhin

Tahun 2008 adalah tahun pertama aku 'ngeblog' : cek di sini, entah  kenapa terhenti begitu saja. kini kucoba lagi ... semoga berlanjut...

Aku lahir di desa Campang Tiga, Sumatera Selatan. dinamai orang tua ‘Wiwin Solihin’, nama yang  bagiku adalah anugerah dan satu perwujudan identitas seseorang. Dalam sepotong nama kutemukan banyak cerita, setidaknya aku menganggap nama bukanlah tanda  identitas yang  mengungkung. ‘Wiwin’ gak mesti dia adalah perempuan, atau Solihin bukan berarti bapakku adalah MR Solihin. Tapi nama buatku sebagai tanda bahwa manusia adalah individu-individu, pribadi-pribadi..
Entah kapan, aku pernah berlayar di google  'gak  sengaja ketemu nama  ‘Wiwin Solihin’ yang ternyata dia adalah seorang  perempuan..hehehe.  Atau  ketemu nama ‘Wawan Solehan’, nah itu kembaran saya… hehe..tapi aku tetap bangga sebagai diriku sendiri..

Aku hanya seorang anak  desa  yang  masih terus belajar, belajar dan belajar memaknai hidup. Ya.. memaknai hidup tak sekedar hidup. Karena hidup perlu dihidupi…  (sok ‘sastrawi; kata seorang teman)
Sejak kecil  aku sudah gemar membaca dan  menulis  puisi..karena  Puisi buatku tak sekedar ruang pelampiasan emosi, atau sekedar larik-larik sajak tentang senyap atau keheningan.. tapi puisi seibarat embun yang  meski setetes tapi  mampu menjadi tempatku bersandar di tengah dahaga.., banyak makna yang tersirat di sana  yang tak mampu kusampaikan dengan ragaku..
Melalui jagat kecil bernama blog ini, aku mencoba  menarsiskan diriku..karena  NARSIS ITU PENTING..
Hehehe…
Baca Selengkapnya...
 

Copyright © sastra bocah lali omah